4. Penatalayanan Dalam Kristen

Penatalayanan (stewardship) berarti pekerjaan menatalayani. Penatalayan adalah orang yang menatalayani, disebut juga “juru kunci”. Ada beberapa contoh dari Alkitab. Dalam Kejadian 24 diterangkan bahwa Abraham mempunyai orang kepercayaan untuk mengelola harta dan urusan rumah tangganya, yaitu Eliezer. la adalah penatalayan atau juru kunci yang mengelola harta dan urusan itu sesuai dengan kehendak Abraham, pemiliknya. Pekerjaannya disebut penatalayanan. “Mengelola” berasal dari kata “kelola” yang berarti mengurus, mengatur, menyelenggarakan; orang dengan tugas itu disebut “pengelola”. Penatalayan atau juru kunci ini disebut juga “kepala rumah” (Kej. 43:16,19; 44:4), “kepala istana” (Yes. 22:15), “mandur” (Mat. 20:8), “bendahara” (Luk. 16:1), “bendahara negeri” (Rm. 16:23). Paulus dkk. menyebut diri sebagai hamba-hamba Kristus yang mendapat kepercayaan mengenai rahasia Kristus (1 Kor. 4:1-2). Tugas itu harus dilaksanakan dengan jujur. Seorang penatalayan yang tidak jujur pasti dipecat/diganti (Yes. 22:15-25).

  1. Definisi Penatalayanan

Penatalayanan ialah segala kebijakan dan tindakan orang percaya dalam mengelola talenta dari Tuhan. Tuhan memanggil setiap orang Kristen supaya mengelola semua talenta pemberian Tuhan (waktu, tenaga, pikiran, uang, harta benda dll). Semua orang menerima karunia yang berbeda-beda. Tidak ada orang yang “kosong”. Tuhan memberikan semua talenta untuk menatalayani pekerjaan-Nya di dunia ini. Pengelolaan itu harus sesuai dengan kehendak-Nya.
Menatalayani tidak hanya berarti membagi atau memberikan talen­ta kita untuk pekerjaan Allah sebagai ucapan syukur kepada-Nya. Mena­talayani juga berarti bagaimana kita meningkatkan kesejahteraan hidup. Kemiskinan mengakibatkan keterbatasan dalam menatalayani. Tuhan berjanji untuk memberikan kebutuhan kita. Janji itu tidak akan terlaksana secara otomatis. Kita harus menggali dan mencari berkat Tuhan itu dengan bekerja keras. Kita terbuka untuk memanfaatkan kemajuan iptek dan jasa untuk meningkatkan produktivitas kerja, seiring dengan modernisasi dan profesionalisasi. Bila kesejahteraan hidup kita meningkat, kemampuan kita untuk menatalayanan pekerjaan Tuhan di dalam gereja dan masyarakat juga meningkat.
Setiap orang percaya dipanggil supaya menjadi kawan sekerja Allah. Allah berkenan untuk bekerja di dalam kita dan melalui kita untuk membebaskan dunia ini dari dosa. Menjadi kawan sekerja-Nya berarti melaksanakan tritugas: bersekutu (koinonia), bersaksi (marturia) dan melayani (diakonia) secara seimbang dan selaras dengan memakai semua yang kita miliki.

Roh Kudus memimpin setiap orang percaya menjadi penatalayan. Tugas menatalayani hanya dapat terlaksana dengan baik apabila kita mendengar dan mengikuti Roh Kudus. Tuhan akan menghukum siapa saja yang tidak taat menatalayani pekerjaan-Nya atau menggunakan karunia itu untuk kepentingan sendiri.

III.    Prinsip-Prinsip Penatalayanan

Sebelum kita maju ke pelajaran ini, sangat penting kita memahami beberapa prinsip penatalayanan:

  • Prinsip 1 Semuanya Milik ALLAH Everything Belongs to GOD (Mazmur 24:1; Hagai 2:8; Keluaran 19:5).
  • Prinsip 2 Penatalayanan adalah mengelola milik orang lainStewardship is the management of the affairs of another (Kejadian 39:1-6).
  • Prinsip 3 Setiap orang Kristen adalah penatalayanEvery Christian is a steward (Matius 25:14-15).
  • Prinsip 4 Yang diperlukan dari seorang penatalayan adalah kesetiaan It is required of stewards that they be found faithful (1 Korintus 4:1-2).
  1. Subyek Penatalayanan

Perlu ditegaskan bahwa peran gereja sebagai lembaga itu tidak menggantikan peran pribadi warga dalam menatalayani. Setiap warga harus berperan ganda. Artinya, secara pribadi menjadi menatalayani da­lam jemaat dan masyarakat serta bersama-sama dengan warga lainnya sebagai gereja harus menatalayani pekerjaan Tuhan di dalam jemaat dan masyarakatnya.

  1. Tanggung Jawab Penatalayanan

Kita mengakui bahwa Allah mahatinggi. Pengakuan itu harus menjadi “darah daging” kita. Artinya, pengakuan itu harus menjadi motivasi, mewarnai pikiran, kehendak dan perilaku kita sebagai ucapan syukur kepada Tuhan. Allah tidak memperlakukan kita sebagai anak-anak kecil yang bodoh, tak tahu apa-apa. Dia menghendaki supaya kita bertumbuh mengejar kedewasaan Kristen. Salah satu ciri dalam proses menjadi dewasa itu ialah tanggung jawab.

Tuhan menghendaki supaya kita menjadi hamba-hamba-Nya yang taat kepada-Nya. Wujud nyata dari ketaatan itu ialah kesediaan kita untuk bekerja melayani sesama manusia dengan menggunakan talenta yang kita terima (harta, waktu, uang, kepandaian dll). Mengaku ber-Tuhan tetapi mengabaikan sesama itu omong kosong. Allah telah menyiapkan pekerjaan yang baik buat kita (Ef. 2:10). Mengapa kita harus bekerja? Karena Allah bekerja terus (Yoh.5:17). Bila tuan bekerja tetapi hamba-hamba-Nya menganggur, tidak benar! Hidup kita bukan milik kita lagi tetapi milik Kristus. Hidup atau mati adalah untuk Tuhan (Rm. 14:8). Setiap hari kita berdoa “datanglah Kerajaan-Mu”. Bersama-sama dengan Allah, kita harus bekerja agar pengharapan itu menjadi kenyataan yang sempurna.
Orang Kristen sebagai orang kepercayaan Allah seharusnya selalu dekat dengan Allah seperti hamba dekat dengan tuannya. Hubungan pribadi yang dekat membuat orang Kristen makin memahami kehendak Allah seperti hamba yang makin memahami kehendak dan rencana tuannya. Hubungan seperti itu juga membuat orang Kristen makin pandai melayani Tuhan.
Sasaran pekerjaan Allah yang besar ini adalah seluruh umat ma­nusia dan dunia. Yesus adalah teladan orang Kristen dalam menatalayani sebab la datang untuk melayani, bukan untuk dilayani (Mrk. 10:-45). Kelak Tuhan meminta setiap orang Kristen mempertanggungjawabkan uangnya, waktunya, hartanya, kemampuannya dan lainnya. “Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggunganjawab tentang dirinya sendiri kepada Allah” (Rm. 14:12).
Orang Kristen harus mewaspadai godaan dalam menatalayani. Di antaranya, godaan memakai uang, harta, kekayaan, kepandaian untuk kesukaan dan kenikmatan dirinya sendiri. Talenta tidak hanya dapat menjadi alat menatalayani tetapi juga dapat mencelakakan. Bila kita setia dalam hal yang kecil, Tuhan akan memperbesar kepercayaan-Nya (bnd. Mat. 25:21).
Mativasi (dorongan) dalam melayani atau menatalayani itu sangat penting. Motivasi itu menentukan semangat, suasana dan seringkali hasil-hasilnya. Motivasi yang benar dilandasi dengan:

  1. Rasa syukur dan mengasihi Tuhan karena Dia telah lebih dahulu mengasihi kita. Siapa yang benar-benar mengasihi Tuhan pasti mengasihi sesamanya baik dengan perkataan, perbuatan maupun kebenaran (1 Yoh. 3:18).
  2. Memuliakan Allah dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus yang empunya kemuliaan dan kuasa selama-lamanya (1 Ptr. 4:10-11).

Kalau ada motivasi yang benar, tentu ada motivasi yang salah. Motivasi yang salah itu di antaranya karena merasa wajib, karena dibayar, karena keuntungan, karena utang budi, ambisi, ingin menonjolkan diri. Orang Kristen yang menatalayani dengan motivasi yang salah ini tidak akan memiliki sukacita melayani, gampang frustrasi atau bahkan putus asa. Mereka yang bekerja demi gaji, semangatnya akan segera kendur atau lari bila upahnya tidak terpenuhi. Hasil pekerjaannya pun tidak membawa kemajuan bahkan mungkin morat-marit atau mendatangkan bencana.

  1. Penatalayanan Injil

Penatalayanan Injil itu bukan hanya mengenai berita kesukaan ten­tang pengampunan atau keselamatan dalam Yesus, tetapi juga perintah kepada siapa saja yang menerimanya supaya memberitakannya kepada semua orang. Tugas pemberitaan ini berhubungan erat dengan tugas melayani. Paulus menyebut tugas itu sebagai “pelayanan pendamaian” (2 Kor. 5:17-20). Dengan demikian jelas bahwa pemberitaan itu menjadi tanggung jawab setiap orang Kristen, pria dan wanita segala umur. Rasul Paulus mengingatkan: “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajamn” [2 Tim. 4:2). Bila ada orang yang berpendapat bahwa tugas tersebut adalah tugas Pendeta atau Majelis saja, pendapat itu salah. Tugas itu menjadi kewajiban semua orang Kristen.

  1. Penatalayanan Talenta / Bakat

Bacalah Matius 25:12-30

  • Apakah yang Tuhan berikan kepada hamba-Nya? – Talenta
  • Apakah setiap pelayan menerima talenta? – Ya
  • Apakah setiap pelayan menerima jumlah talenta yang sama? – Tidak.
  • Apa dasar Tuhan untuk menyalurkan tanggung jawab kepada hamba-Nya? – Kepercayaan.
  • Menurut ayat 19, Apa yang Tuhan lakukan ketika Dia datang kembali? – Meminta pertanggungan jawab.INI PENTING – Jangan menilai tindakan kita dengan apa yang orang lain lakukan tetapi lakukan sesuai talenta yang telah Tuhan berikan!
  • Apa yang Tuhan katakan kepada pelayan yang baik? – Membuatnya berkuasa atas yang lain.

Mari kita jawab dan renungkan beberapa pertanyaan berikut ini:

  • Apakah saya telah diberikan setidaknya satu talenta?
  • Apakah saya menggunakan talenta saya untuk Kristus?
  • Apakah saya harus memberi pertanggunganjawab talenta saya kepada Tuhan?
  • Apa yang akan terjadi jika saya menyalahgunakan talenta saya?
  • Haruskah saya kuatir tentang berapa banyak talenta yang telah diberikan?

Bacalah 1 Korintus 12:12-27. Sekarang kita adalah anggota dari tubuh Kristus (gereja). Setiap anggota gereja adalah seperti bagian dari tubuh manusia.

  • Kita masing-masing tidak sama (ayat 19).
  • Allah telah menempatkan kita di gereja ini untuk fungsi tertentu (ayat 18).
  • Setiap anggota gereja diperlukan (ayat 22).
  1. Penatalayanan Kesaksian

Selanjutnya, kita harus mencamkan bahwa bersaksi itu melibatkan seutuh kehidupan kita, lahir batin, tidak cukup dengan kata-kata. Bersaksi berarti menunjukkan kasih Allah di dalam Yesus Kristus. Melayani ber­arti mewujudnyatakan kasih Allah itu kepada sesama.

  • Filipi 2:15 – Kita harus bercahaya di tengah-tengah dunia.
  • Matius 5:14-16 – Kita harus menjadi terang yang terbuka bagi semua orang.
  • 1 Petrus 3:15 – Kita harus selalu siap membawa orang lain kepada Kristus.
  1. Penatalayanan Waktu

Waktu adalah sumber daya kita yang paling berharga hari ini. Waktu kita adalah milik Allah. Mau atau tidak mau, pada saatnya kita harus mati. Hal itu karena kita tidak menguasai waktu, tidak dapat memperpanjang umur. Tuhan memberikan waktu 24 jam/hari supaya kita hargai dan kelola secara bertanggung jawab.
Dalam perumpamaan gadis-gadis yang bijaksana dan yang bodoh (Mat. 25:1-13), kita mendapat contoh orang-orang yang menghargai dan mengelola waktu secara bertanggungjawab serta yang tidak. (lih. juga perumpamaan orang kaya yang bodoh, Luk. 12:1-12). Tuhan menyuruh supaya kita menghargai dan menggunakan waktu sesuai dengan kehendak Tuhan. “Dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat” (Ef. 5:16, lih. 1 Tim. 4:2).
Dalam bahasa Yunani ada dua istilah tentang waktu. Yaitu “khro­nos” dan “kairos”. Khronos ialah jangka waktu, periode atau masa tertentu. Kairos adalah waktu yang tepat. Kalau disia-siakan kita akan merugi, kairos itu hilang. Demikian juga secara umum, waktu yang disia-siakan hilang begitu saja. Jarum jam tidak berputar mundur. Paulus mengatakan: “… supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati” (Rm. 12:1). Maksudnya, supaya kita mempersem­bahkan seluruh kehidupan dan kemampuan lahir batin kita kepada Tuhan. Hidup ini harus menjadi persembahan karena Allah telah mengasihi kita. Segala kemampuan itu harus kita pergunakan untuk melayani Tuhan.

  1. Penatalayanan Uang

Semua uang yang kita miliki dan peroleh adalah bersumber dari Allah – ALL the money you have and receive IS FROM GOD and IS GOD’S. Ulangan 8:18 – Meskipun kita mendapatkan uang melalui kerja, ayat ini memberitahu kita bahwa “LORD THY GOD”. TUHAN-lah yang memberi kita kekuatan untuk mendapatkan uang.
Titik tolak dalam penatalayanan uang adalah persepuluhan. Dalam laporan singkat tampak jelas bahwa Abraham memberikan pesepuluhan

Leave a comment